Minggu, 01 Januari 2017

LAPORAN FIELD TRIP DI MUSEUM RONGGOWARSITO



Oleh : Serly Ade Kurnia Purti
NIM : 14030960105
FIELD TRIP MUSEUM RONGGOWARSITO
(WISATA BUDAYA DAN SEJARAH)
JL. ABDURRAHMAN SALEH NO. 1 KALIBANTENG KULON
SEMARANG, JAWA TENGAH
Museum Ranggawarsita merupakan sebuah aset pelayanan public di bidang pelestarian budaya, wahana pendidikan dan rekreasi. Museum yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah ini dirintis oleh Proyek Rehabilitasi dan Permuseuman Jawa Tengah pada tahun 1975 dan resmi buka oleh Prof. Dr. Fuad Hasan pada tanggal 5 Juli 1975.
Nama Ranggawarsita dipakai sebagai nama museum karena merupakan pujangga yang fenomenal di Keraton Surakarta dan karya sastranya mengandung nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk bagi bangsa Indonesia yang sifatnya “membangun dan mendidik menuju pada kemuliaan, kesejahteraan, kejayaan, dan kebahagiaan bangsa Indonesia seluruhnya.
Koleksi-koleksi dari Museum Ranggawarsita berjumlah 59.802 buah yang terbagi dalam 10 jenis, yaitu: geologi, biologika, arkeologi, historika, filologi, numismatic/heraldika, kramologika, teknologika, ethnografika, dan seni rupa.
HASIL PENGAMATAN
Dari hasil pengamatan di Museum Ronggowarsito Semarang, sebagai penulis saya mengambil beberapa peninggalan Jawa yaitu tentang jenis-jenis wayang diantaranya wayang beber, wayang kulit, wayang kelithik dan wayang golek, untuk pemaparannya sendiri sebagai berikut:
1.      Wayang Beber
Wayang beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang diJawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang, baik Mahabarata maupun Ramayana. Konon oleh Walisongo (penyebar agama Islam ditanah Jawa) diantaranya adalah sunan Kalijaga, Wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk-bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang. Karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh-tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India), diantaranya adalah semar dan anak-anaknya (punokawan) serta Pusaka Hyang Kaliasada.
2.      Wayang Kulit
Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang (kerbau, lembu, kambing). Wayang kulit dipakai untuk memperlakukan lakon-lakon atau kisah dari babat purwa, yaitu mahabarata dan Ramayana. Oleh karena itu wayang kulit disebut juga dengan nama wayang Purwa.
3.      Wayang Kelithik
Wayang Klithik terbuat dari bahan kayu dengan dua dmensi (pipih) yang hampir mendekati bentuk wayang kulit. Terdapat kesamaan antara wayang klithik dan wayang kulit. Yaitu  pada gamelan, vokalis, bahasa yang digunakan dalam dialog, desain lantai, alat penerangan yang dipakai dalam pertunjukan dan lain-lain. Meskippun demikin, banyak juga kita jumpai perbedaannya. Pertunjukan wayang klithik umumnya hanya berfungsi sebagai tontonan biasa yang kadang-kadang didalamnya diselipkan penerangan dari pemerintah (untuk penyuluhan pembangunan). Untuk itu, wayang klithik disebut jugadengan nama wayang suluh.
4.      Wayang Golek
Seperti halnya dengan wayang klithik, wayang golek juga terbuat dari bahan kayu. Tetapi wayang golek memiliki tiga dimensi (seperti boneka). Wayang golek ini lebih realis dibanding dengan wayang kulit dan wayang klithik. Sebab, selain bentuknya menyerupai bentuk badan manusia, wayang golek juga dilengkapi dengan kostum yang terbuat dari kain. Pertunjukan wayang glek selain untuk tontonan biasa juga sering dipentaskan sebagai upacara bersih desa. Lakon yang diperagakan berasl dari babat menak, yaitu sejarah tanah arab menjelang kelahiran nabi MuhammadSAW.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pertunjukan wayang
Berbicara tentang nilai budaya peninggalan wayang terhadap masyarakat sendiri yaitu wayang bukan hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan. Wayang bukan sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media komunikasi, media pendidikan bagi masyarakat. Bahkam fungsi wayang disini juga sebagai pengabdian dalang bagi masyarakat, bangsa, dan Negara.
Kualitas pertunjukan wayang, baik dalam fungsinya selaku tontonan maupun sebagai tuntunan.
Dahulu Walisongo dalam menyiarkan agama Islam atau berdakwah dengan menggunakan media wayang, beberapa wali yang berdakwah menggunkan wayang adalah Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai budayawan dan seniman (seni suara, ukir dan busana). Beliau menciptakan aneka cerita wayang yang bernapaskan Islam. Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang dibuat dari kulit kambing (wayang kulit), karena pada masa itu wayang popular dilukis pada semacam kertas lebar (wayang beber). Selainan Sunan Kalijaga, ada Sunan Bonang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan. Untuk itu beliau menciptakan gending-gending yang memiliki nilai keIslaman. Setiap bait lagu diselingi dengan dua kalimat syahadat, sehingga musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten.
Jadi dahulu wayang digunakan sebagai media untuk menyebarkan Islam terutama di Jawa. Saat ini pagelaran wayang sering ditunjukkan pada acara sedekah desa, penikahan, kelahiran dan khitanan. Diruang seni dan pagelaran selain menyuguhkan banyak koleksi wayang juga terdapat beberapa kesenian yang ada di Jawa yaitu: gamelan, kuda lumping, barongan, nini thowok, dan beberapa foto penunjang kesenian pertunjukan.

Wisata Alam Bantir Hills

Wisata alam bantir hills terletak di Desa Losari, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. wisata ini baru dibuka resmi awal tahun 2017, wi...