Oleh : Serly Ade Kurnia Purti
NIM : 14030960105
FIELD TRIP MUSEUM RONGGOWARSITO
(WISATA BUDAYA DAN SEJARAH)
JL. ABDURRAHMAN SALEH NO. 1 KALIBANTENG KULON
SEMARANG, JAWA TENGAH
Museum Ranggawarsita merupakan sebuah
aset pelayanan public di bidang pelestarian budaya, wahana pendidikan dan
rekreasi. Museum yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah ini dirintis oleh
Proyek Rehabilitasi dan Permuseuman Jawa Tengah pada tahun 1975 dan resmi buka
oleh Prof. Dr. Fuad Hasan pada tanggal 5 Juli 1975.
Nama Ranggawarsita dipakai sebagai
nama museum karena merupakan pujangga yang fenomenal di Keraton Surakarta dan
karya sastranya mengandung nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk bagi bangsa
Indonesia yang sifatnya “membangun dan mendidik menuju pada kemuliaan,
kesejahteraan, kejayaan, dan kebahagiaan bangsa Indonesia seluruhnya.
Koleksi-koleksi dari Museum
Ranggawarsita berjumlah 59.802 buah yang terbagi dalam 10 jenis, yaitu:
geologi, biologika, arkeologi, historika, filologi, numismatic/heraldika,
kramologika, teknologika, ethnografika, dan seni rupa.
HASIL PENGAMATAN
Dari hasil pengamatan di Museum Ronggowarsito Semarang, sebagai penulis saya mengambil
beberapa peninggalan Jawa yaitu tentang jenis-jenis wayang diantaranya
wayang beber, wayang kulit, wayang kelithik dan wayang golek, untuk pemaparannya
sendiri sebagai berikut:
1. Wayang Beber
Wayang beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang diJawa.
Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk
menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang, baik Mahabarata maupun Ramayana. Konon
oleh Walisongo (penyebar agama Islam ditanah Jawa) diantaranya adalah sunan
Kalijaga, Wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan
bentuk-bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang. Karena ajaran Islam
mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta
diberi tokoh-tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan
tokoh asli India), diantaranya adalah semar dan anak-anaknya (punokawan) serta
Pusaka Hyang Kaliasada.
2. Wayang Kulit
Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang (kerbau,
lembu, kambing). Wayang kulit dipakai untuk memperlakukan lakon-lakon atau
kisah dari babat purwa, yaitu mahabarata dan Ramayana. Oleh karena itu wayang
kulit disebut juga dengan nama wayang Purwa.
3. Wayang Kelithik
Wayang Klithik terbuat dari bahan kayu dengan dua dmensi (pipih) yang
hampir mendekati bentuk wayang kulit. Terdapat kesamaan antara wayang klithik
dan wayang kulit. Yaitu pada gamelan, vokalis, bahasa yang digunakan
dalam dialog, desain lantai, alat penerangan yang dipakai dalam pertunjukan dan
lain-lain. Meskippun demikin, banyak juga kita jumpai perbedaannya. Pertunjukan
wayang klithik umumnya hanya berfungsi sebagai tontonan biasa yang
kadang-kadang didalamnya diselipkan penerangan dari pemerintah (untuk
penyuluhan pembangunan). Untuk itu, wayang klithik disebut jugadengan nama
wayang suluh.
4. Wayang Golek
Seperti halnya dengan wayang klithik, wayang golek juga terbuat dari bahan
kayu. Tetapi wayang golek memiliki tiga dimensi (seperti boneka). Wayang golek
ini lebih realis dibanding dengan wayang kulit dan wayang klithik. Sebab,
selain bentuknya menyerupai bentuk badan manusia, wayang golek juga dilengkapi
dengan kostum yang terbuat dari kain. Pertunjukan wayang glek selain untuk
tontonan biasa juga sering dipentaskan sebagai upacara bersih desa. Lakon yang
diperagakan berasl dari babat menak, yaitu sejarah tanah arab menjelang kelahiran
nabi MuhammadSAW.
Nilai-nilai yang terkandung
dalam pertunjukan wayang
Berbicara tentang nilai
budaya peninggalan wayang terhadap masyarakat sendiri yaitu wayang bukan hanya
sekedar tontonan tetapi juga tuntunan. Wayang bukan sekedar sebagai sarana hiburan,
tetapi juga sebagai media komunikasi, media pendidikan bagi masyarakat. Bahkam
fungsi wayang disini juga sebagai pengabdian dalang bagi masyarakat, bangsa,
dan Negara.
Kualitas pertunjukan wayang, baik dalam fungsinya selaku tontonan maupun
sebagai tuntunan.
Dahulu Walisongo dalam menyiarkan
agama Islam atau berdakwah dengan menggunakan media wayang, beberapa wali yang
berdakwah menggunkan wayang adalah Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai
budayawan dan seniman (seni suara, ukir dan busana). Beliau menciptakan aneka
cerita wayang yang bernapaskan Islam. Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk
wayang yang dibuat dari kulit kambing (wayang kulit), karena pada masa itu
wayang popular dilukis pada semacam kertas lebar (wayang beber). Selainan Sunan
Kalijaga, ada Sunan Bonang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan
diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari wayang dan musik
gamelan. Untuk itu beliau menciptakan gending-gending yang memiliki nilai
keIslaman. Setiap bait lagu diselingi dengan dua kalimat syahadat, sehingga
musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten.
Jadi dahulu wayang digunakan sebagai
media untuk menyebarkan Islam terutama di Jawa. Saat ini pagelaran wayang
sering ditunjukkan pada acara sedekah desa, penikahan, kelahiran dan khitanan. Diruang
seni dan pagelaran selain menyuguhkan banyak koleksi wayang juga terdapat
beberapa kesenian yang ada di Jawa yaitu: gamelan, kuda lumping, barongan, nini
thowok, dan beberapa foto penunjang kesenian pertunjukan.